Tugas Mandiri Dosen
Pembimbing
Mata Kuliah
Ilmu Sosial Dasar Dra. Nurlayli, MA.
FILSAFAT ISLAM
DISUSUN
OLEH:
KHAIRUN
NASRI
11327102601
JURUSAN ILMU HUKUM (IH-1)
FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKU
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU-PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kita panjatkan atas rahmat Allah swt
yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita. Shalawat beriring
salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad saw. Dengan
rahmat Allah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ”Filsafat
Islam”. Besar harapan penulis agar makalah ini dapat membantu meningkatkan
prestasi belajar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
diberikan oleh Dosen Ilmu Sosial Dasar, Dra. Nurlaily, M.Pd
Penulisan makalah ini telah
mengusahakan dengan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada
penulis, agar hasil yang diperoleh mendekati maksud yang sebenarnya. Namun
disadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran-saran yang bersifat membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya.
Pekanbaru, November 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang............................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Filsafat ........................................................................................................... 2
B. .. Pengertian Filsafat Islam....................................................................................... 2
C..... Penerjemahan Naskah-Naskah Filsafat
Islam ............................................. 4
D.... Tokoh-Tokoh Filsafat Islam ................................................................................ 5
E.... Fungsi Filsafat Islam ............................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................................................. 12
B.
Saran............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejarah filsafat bermula di pesisir samudra Mediterania bagian
Timur pada abad ke-6 M. Sejak semula, filsafat ditandai dengan rencana umat
manusia untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan.[1]
Ketika
filsafat muncul dalam kehidupan Islam, kemudian berkembang sehingga banyak
dibicarakan oleh orang-orang Arab, tampillah beberapa filosof seperti Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibn
Sina dan lain-lain, kaum
sejarawan banyak menulis berbagai buku tentang kehidupan, pendapat serta
pemikiran mereka.
B.
Rumusan Masalah
1.) Bagaimana Sejarah Munculnya Filsafat
2.) Apa Pengertian Filasafat Islam
3.) Bagaimana Penerjemahan Naskah-naskah Islam
4.) Siapa Tokoh-tokoh Filsafat Islam
5.) Apa Tujuan Filsafat Islam
BAB
II
PEMNBAHASAN
A. Sejarah Filsafat
Sejarah filsafat bermula di pesisir samudra Mediterania bagian
Timur pada abad ke-6 M. Sejak semula, filsafat ditandai dengan rencana umat
manusia untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Itulah sebabnya filsafat pada gilirannya
mampu melahirkan sains-sains bersar seperti fisika, etika, matematika, dan
metafisika yang menjadi batu bata kebudayaan dunia.[2]
Dari
Asia Minor, filsafat menyebrang Aegean, menuju tanah Yunani. Untuk ribuan tahun
lamanya, Athena menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh
Iskandar Agung Pada 322 SM, filsafat mulai merambah dunia Timur, dan berpuncak
pada 529 M.
Ketika
Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada tahun 322 SM, falsafat mulai
merambah kedunia Timur, dan berpuncak pada tahun 529 M. Pada tahun itu, Kaisar
Bizantium, Justiniaus menutup sekolah-sekolah tinggi falsafat di Athena karena
di sekolah-sekolah itu dinilaibersimpati kepada kaum pagan. Sebagai pembela
Kristen Ortodoks, Justianius menganggap paganisme sebagai ancaman bagi
eksistensi agama kristen.[3]
B. Pengertian Filsafat Islam
Kata-kata filsafat diucapkan
‘falsafah’ dalam bahasa Arab, dan berasal dari bahasa Yunani Philosophia
yang berarti ‘cinta kepada pengetahuan’, dan terdiri dari dua kata, yaitu Philos
yang berarti cinta (loving) dan Sophia yang berarti pengetahuan (wisdom, hikmah). Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut “Philosophos”
atau “Failasuf” dalam ucapan Arabnya. Mencintai pengetahuan adalah orang
yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau dengan
perkataan lain orang yang mengabdikan kepada pengetahuan.
Filsafat Islam adalah hasil pemikiran filsuf tentang ajaran
ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu
aturan pemikiran yang logis dan sistematis. Sedangkan menurut Ahmad Fu’ad al-Ahwani filsafat Islam ialah pembahasan tentang alam
dan manusia yang disanari ajaran Islam.
Jadi hakekat filsafat Islam ialah aqal dan al-Quran.
Filsafat Islam tidak mungkin tanpa aqal dan al-Quran. Aqal yang
memungkinkan aktivitas itu menjadi aktivitas kefilsafatan dan al-Quran juga
menjadi ciri keislamannya. Tidak dapat ditinggalkannya al-Quran dalam filsafat
Islam adalah lebih bersifat spiritual, sehingga al-Quran tidak membatasi aqal
bekerja, aqal tetap bekerja dengan otonomi penuh.[4]
Dari pengertian filsafat dan Islam sebagaimana diuraikan
diatas, kita dapat berkata bahwa filsafat Islam, adalah berfikir secara
sistematis, radikal dan universal tentang hakikat segala sesuatu berdasarkan
ajaran Islam. Singkatnya Filsafat Islam itu dalah Filsafat yang berorientasi
pada Al Qur’an, mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan
wahyu Allah.atau Filsafat Islam adalah pembahasan meliputi berbagai soal alam
semesta dan bermacam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang
turun bersama lahirnya agama Islam.
Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum Muslimin lebih
tepat disebut ‘Filsafat Islam, pengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama,
tetapi juga kebudayaan. Pemikiran filsafat sudah barang tentu terpengaruh oleh
kebudayaan Islam tersebut, meskipun pemikiran tersebut adalah Islam baik
tentang problema-problemanya, motif pembinaannya maupun tujuannya, karena
Islam telah memadu dan menampung aneka kebudayaan serta pemikiran dalam satu
kesatuan.[5]
Masa
awal aliran filusofis Islam bertepatan dengan penerjemahan pertama karya para
karya-karya tokoh Yunani ke bahasa Arab dari bahasa Siria dan Yunani. Kita
mungkin dapat menerima keterangan tradisionalyang dapat dipercaya bahwa
naskah-naskah ilmiah dan medis adalah karya-karya yang paling awal
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.[6]
C.
Penerjemahan
Naskah-Naskah Filsafat Islam
Selama satu abad dan juga selama
peneklukan-penaklukan yang terus-menerus terhadap Timur Dekat, para penguasa
Arab diliputi berbagai masalah baru dalam mengelolah kerajaan yang amat luas
dan menghimpun kekuatan militer dan politik mereka. Khususnya Khalifah-khalifah
Umayyah (661-749) terlibat dalam proses
penyesuaian dengan situasi ini.[7]
Pada mulanya Bani Umayyah merasa
sudah cukup membiarkan mereka seadanya. Karena itu bukan saja ia mengabaikan
dokumen-dokumen itu tetapi juga pemegang buku. Tetapi dorongan untuk
mempraktekkan perubahan administrasi Negara tetap dilancarkan selama masa
pemerjntahan khalifah Umayyah, ‘Abd al-Malik (685-705), dan diteruskan oleh
pengganti-pengganti berikutnya. salah satu perubahannya adalah pemakaian bahasa
Arab sebagai bahasa (administrasi) baru, yang melestarikan dokumen-dokumen dan
laporan-laporan masyarakat, menggantikan bahasa Persia dan Yunani.[8]
Hal yang cukup penting bagi
sejarah penerjemahan ini adalah sumbangan yang diberikan oleh ‘Abdullah bin
al-Muqaffa’ (w. 757 M), seorang Persia yang pindah agama dari Zoroaster ke
Islam. Kepadanya kita berhutang budi kapadanya atas terjemahan
ceritera-ceritera perumpamaan (fabel) karya seorang pujangga India, bidpai,
dari bahasa Pehlewi (Persia Kuno) ke dalam bahasa Arab.
Karya-karya para penerjemah
pertama itu terhimpun dalam komplikasi-komplikasi yang cukup rasional. Mereka
memuat gagasan-gagasan yang begitu saja dikumpulkan dari karya-karya yang telah
diterjemahkan. Filosofi sejati yang pertama menulis dalam bahasa Arab adalah
Al-kindi (w.866 M), yang hidup sezaman dengan Hunain. Ia berbeda dengan
penerjemah kristen dalam dua perbedaan penting: agamnaya dan ketidak tahuannya
sama sekali kepada bahasa Siria dan Yunani, dua bahasa utama pada masa itu , di
samping bahasa Arab. Sangat mengherankan memang, bahwa para pengagum filsafat
Yunani yang besar pun, seperti Ibnu Rusyd, juga mengabaikan pengetahuan Yunani
ini.
Akibat
kebuataan mereka akan bahasa Yunani, para Filosuf itu cenderung kurang patuh
dalam menafsirkan naskah-naskah Yunani dibanding dengan para komentator Yunani
masa pertama, seperti Themestius dan Alexander. Sebagai seorang Muslim, tentu
saja mereka ingin sekali membenarkan perhatian mereka pada para filosofi pagan purbukala.
Memang, sejak dari permulaan ada patokan bagi orang-orang ortodoks untuk
mencelah orang-orang yang “meneliti buku-buku para filosof (Yunani)”.[9]
D. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
§ Filsafat
Masa Abad ke-9
1. Al-Kindi
Dalam sejarah islam, penulis filsafat sistematis baru
dimulai pada abad ke-9. Sebelumnya, kegiatan filosof hanya berkisar pada
penerjemahan karya-karya filsafat Yunani dan Suryani.
Penulis yang pertama-tama merayakan tradisi penulisan
yaitu Abu Yusuf Ya’qub Al-Kindi (w.866 M). karena pada masa itu al-Kindi
mendapatkan dukungan dari ketiga khalifah pada masa khalifa Bani Abbas, yakni
khalifah Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, dan al-Watsiq. Tetapi pada masa khalifah
Al-Mutawakkil pada tahun 847 M, al-Kindi bernasib buruk seperti para filosuf
dan teologi lainnya. Setelah melewati masa sulit pada pemerintahan
al-Mutawakkil, Al-Kindi wafat sekitar 866 M.[10]
Al-kindi telah membuat 242 buat karya dalam bidang logika, metafisika,
artismetika, falak (sphere), music, astrologi, geometri, kedokteran, politik,
dan sebagainya.
Salah satu yang dipakai al-Kindi dalam menghimbau orang
untuk belajar filsafat adalah paraphrase dari argument Aristoteles yang popular
dalam protrepticus-nya, yaitu belajar filsafat memang tidak harus, tetapi juga
tidak sia-sia.
Yang menarik, meskipun banyak merujuk kepada Aristoteles,
Al-Kindi tidak membatsi peran penting filsafat dalam mendampingi agama.[11]
Bagi Al-Kindi, topik utama yang dikaji metafisika adalah
Tuhan Yang Maha Esa, Abadi, Nirbatas (karenanya tidak memiliki jenis atau
spesies), dan Nirwikara (tak mengalami perubahan yang mengurangi kesempurnaan)
wujud ini tentulah tidak terbatas oleh dan tidak terkungkung dalam ruang waktu
dan gerak, yang merupakan ciri khas benda-benda fisik.[12]
2. Abu Bakr
Al-Razi
Kurang dari generasi kemudian, penerus terkemuka al-Kindi
adalah filosof dan tabib Persia bernama Abu Bakr ar-Razi (w. 925/935).
Al-Razi adalah tokoh yang paling tidak kenal kompromi
sepanjang sejarah islam. Sikap ini patut diambil sebagai contoh mencolok dari
semangat kebebasan yang bersemi melalui study filsafat Yunani. Al-Razi juga
menekuni bidang al-kimia. Menjelang akhir hayatnya, ia menderita katarak,
al-Razi wafat pada tahun 925.
Dalam filsafat, al-Razi adalah Kampium Platonisme Islam dari
beberapa judul karyannya yang telah hilang, misalnya Metaphysic According to Ploto’s View, Metaphysic According to Socrates’
View, Commentary on The Timaeus, dan sebagainya tampak bahwa dia memang
mempunyai kecenderungan Platonis yang pekat.
Pokok ajaran metafisika al-Razi adalah teori tentang lima
prinsip kekal (pencipta, jiwa, materi, ruang, dan waktu) yang jelas-jelas
merupakan kesimpulan yang khas Platonik, dengan sedikit modifikasi yang berasal
dari ajaran-ajaran Harran dan Mani.[13]
Menurut Al-Razi, orang-orang yang menjalankan kehidupannya
dengan keshalehan tidak takut mati. Sekiranya mereka dicekam keraguan akan
kebenaran agama, mereka wajib mencari keyakinan yang pasti akan mereka temukan
apabila berusaha secukupnya. “Namun
apabila saja mereka gagal, yang tidak mungkin demikian” Tulis Al-Razi, “Tuhan yang maha tinggi tentu akan memaklumi
dan memaafkan mereka. Sebab tidak ada pertanggung jawaban hal-hal yang berada
diluar batas kemampuan manusia”.
§ Filsafat
Masa Abad Ke-10
1. Al-Farabi
Filsafat Al-Farabi mempunyai corak
dan tujuan yang berbeda. Ia mengambil ajaran-ajaran filosof terdahulu,
membangun kembali dalam bentuk yang sesuai dengan lingkup kebudayaan,
menyusunnya sedemikian sistematis dan selaras.[14]
Posisi Al-Farabi dalam sejarah
falsafah islam tampak dari sejumlah risalah “metodologis” nya, seperti Philosophy of Plato and Aristotle dan Reconcilation of Plato and Aristotle,
yang kesemuanya itu berupaya melempangkan jalan bagi pengembangan study
filsafat di kemudian hari.
Bagi Al-Farabi, filsafat mencakup
matematika. Dan matematika bercabang pada aritmatika, geometri, astronomi,
astrologi, musik, mekanika dan seterusnya.
Penjabaran Al-Farabi mengenai emanasi
(benda-benda) bumi (terrestrial) dari
(benda-benda) langit (celestial)
melalui bukti adanya meteri utama atau materi umum pada segenap etentitas yang
beremanasi dari “elemen umum” yang terdapat pada benda-benda langit, tentulah
mengacu pada konsep Aristoteles tentang suatu adanya ether atau “elemen kelima”. Konsep bentuk-bentuk yang bertentangan
empat kualitas primer dalam fisika Aristoteles, yang kemudian dikombinasikan
dengan empat elemen berguna untuk menjelaskan terjadinya keberbilangan
benda-benda ragawi di alam fisik.
2. Ibnu Sina
Ibnu Sina mampu mandiri mempelajari
ilmu filsafat dan kedokteran secara otodidak. Pada usia yang keenam belas, ibnu
sina menempati posisi istimewa dalam bidang kedokteran.
Berbeda dengan Al-Farabi, Ibnu Sina
tampak acuh tak acuh terhadap filsafat politik atau etika. Sumbangannya dalam
bidang ini kurang berarti. Perhatian Ibnu Sina terpusat pada bidang metafisika
dan logika, sebagaimana yang tercermin pada luasnya kajian filosofis yang
terdapat dalam Al-Syifa’, Al-Isyarat, dan sebagainya.[15]
Berkenaan dengan persoalan genting
tentang kelangsungan (hidup) setelah mati, pendirian Ibnu Sina tidak sepenuhnya
bebas dari kemenduaan (ambiquaty). Kebangkitan tubuh dan kesenangan-kesenangan
atau penderitaan-penderitaan yang dialaminya dalam kehidupan yang akan datang
telah dilukiskan dengan jelas di dalam kitab suci dank arena itu tidak dapat
diragukan lagi oleh filosof itu.
Bagi Ibnu Sina, pertanyaan tentang
bentuk kebahagiaan atau kesengsaraan apa yang akan menimpa jiwa-jiwa naas itu
bukanlah wacana filosof sebab “persoalan seperti itu hanya bisa dirujukkan pada
ajaran agama (Syari’ah) atau hadits
Nabi Saw”. dengan demikian Ibnu Sina hendak menunjukkan adanya kebenaran
relegius meskipun tegas-tegas memisahkannya dari kebenaran filosofis.[16]
Karangan-karangan
Ibnu Sina yang terkenal idalah:
o Asy Syifa.
Buku ini adalah buku yang paling terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina, dan
terdiri dari empat bagian, yaitu: logika, fisika, matematika, dan metafisika
(ketuhanan)
o An-Najat.
Buku ini merrupakan ringkasan dari buku As-syifa, dan pernah diterbitkan
bersama buku al-Qanun dalam ilmui kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada
tahun 1331 M di Mesir.
o Al-Isyarat
wat-Tanbihat. Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling terbaik.
o Al-Hikmat
al-Masyariqiyah. Buku ini hanya dibicarakan orang, karena tidak jelas maksud
judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika.
o Al-Qanun.
Atau Canon of Medicine. Buku ini
pernah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan pernah menjadi buku standar
untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ketujuh.[17]
§ Filsafat
Masa Modern
Pada penghujung abad ke-9, para juru dakwah isma’il
memperkenalkan filsafat India. Pada 977, dengan dukungan penguasa Dinasti
Fatimiyah di Mesir kala itu, mereka berhasil mendirikan sebuah pemerintahan
Ismai’ili. Secara umum, situasi ini tidak berubah sampai sultan Mahmud, pendiri
Dinasti Ghazwani, berhasil menaklukkan India. Dia lantas mengakhiri
pemerintahan Ismai’li di Sind dan menetap Lahore sebagai Ibukota
pemerintahannya.[18]
E.
Fungsi
Filsafat Islam
Filsafat islam telah memerankan sedikitnya tiga fungsi dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga
fungsi itu ialah sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.
· Pendobrak
Berabad-abad lamanya intelektulitas manusia tertawan dalam
penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara
itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan
hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mitis. Manusia menerima begitu saja segala hal penuturan dongeng
dan takhayul tanpa mempersoalkan lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng dan
takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang, sedang tradisi itu anggapan mereka benar dan tak dapat
diganggu-gugat.
Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. kehadiran filsafat islam mendobrak pintu-pintu dan
tembok-tembok tradisi yang begitu sacral dan selama itu tidak boleh
diganggu-gugat. kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup
panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat islam benar-benar
telah berfungsi selaku pendobrak yang efektif
·
Pembebas
Filsafat islam bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi
dan kebiasaan yang penuh dengan berbangai mitos itu, melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara
itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidak tahuan dan kebodohan. Demikian
pula filsafat islam membebaskan manusia dari belenggu cara
berpikir yang mistis.
· Pembimbing
Filsafat islam juga sanggup melaksanakan fungsinya selaku
pembimbing. Dengan membimbing manusia bisa berpikir secara rasional, sistematis, dan logis dari pemikiran yang dangkal dan
menyesatkan.[19]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat Islam adalah hasil pemikiran filsuf tentang ajaran
ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu
aturan pemikiran yang logis dan sistematis. Sedangkan menurut Ahmad Fu’ad al-Ahwani filsafat Islam ialah pembahasan tentang alam
dan manusia yang disanari ajaran Islam.
Jadi,
Singkatnya Filsafat Islam itu dalah Filsafat yang berorientasi
pada Al Qur’an, mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan
wahyu Allah.atau Filsafat Islam adalah pembahasan meliputi berbagai soal alam
semesta dan bermacam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang
turun bersama lahirnya agama Islam.
Filsafat islam telah memerankan sedikitnya tiga fungsi dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga
fungsi itu ialah sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan
pengalaman penulis, untuk itu penulis mengharapkan kepada para pembaca terutama
bagi dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
Sosial Dasar. Untuk memberikan kritik dan sarannya kepada penulis demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar