Kamis, 12 Desember 2013

Filsafat Islam




Tugas Mandiri                                                                                    Dosen Pembimbing

Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar                                  Dra. Nurlayli, MA.        







FILSAFAT ISLAM


DISUSUN OLEH:
KHAIRUN NASRI
11327102601



JURUSAN ILMU HUKUM (IH-1)
FAKULTAS SYARI’AH DAN ILMU HUKU
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU-PEKANBARU
2013
  



KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas  rahmat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita. Shalawat beriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad saw. Dengan rahmat Allah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ”Filsafat Islam”. Besar harapan penulis agar makalah ini dapat membantu meningkatkan prestasi belajar. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan oleh Dosen Ilmu Sosial Dasar, Dra. Nurlaily, M.Pd
Penulisan makalah ini telah mengusahakan dengan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada pada penulis, agar hasil yang diperoleh mendekati maksud yang sebenarnya. Namun disadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran-saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini selanjutnya.


Pekanbaru,   November  2013


                                 Penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................................  i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................  ii
BAB  I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang...............................................................................................................     1
B.    Rumusan Masalah........................................................................................................     1
BAB II  PEMBAHASAN
A.   Sejarah Filsafat ...........................................................................................................    2
B. .. Pengertian Filsafat Islam.......................................................................................    2
C..... Penerjemahan Naskah-Naskah Filsafat Islam .............................................    4
D.... Tokoh-Tokoh Filsafat Islam ................................................................................    5
E.... Fungsi Filsafat Islam ...............................................................................................    10
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan..................................................................................................................    12
B.      Saran...............................................................................................................................    12
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
              Sejarah filsafat bermula di pesisir samudra Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 M. Sejak semula, filsafat ditandai dengan rencana umat manusia untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan.[1]
              Ketika filsafat muncul dalam kehidupan Islam, kemudian berkembang sehingga banyak dibicarakan oleh orang-orang Arab, tampillah beberapa filosof seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina dan lain-lain, kaum sejarawan banyak menulis berbagai buku tentang kehidupan, pendapat serta pemikiran mereka.
B.       Rumusan Masalah
1.)   Bagaimana Sejarah Munculnya Filsafat
2.)   Apa Pengertian Filasafat Islam
3.)   Bagaimana Penerjemahan Naskah-naskah Islam
4.)   Siapa Tokoh-tokoh Filsafat Islam
5.)   Apa Tujuan Filsafat Islam









BAB II
PEMNBAHASAN
A.       Sejarah Filsafat
              Sejarah filsafat bermula di pesisir samudra Mediterania bagian Timur pada abad ke-6 M. Sejak semula, filsafat ditandai dengan rencana umat manusia untuk menjawab persoalan seputar alam, manusia, dan Tuhan. Itulah sebabnya filsafat pada gilirannya mampu melahirkan sains-sains bersar seperti fisika, etika, matematika, dan metafisika yang menjadi batu bata kebudayaan dunia.[2]
              Dari Asia Minor, filsafat menyebrang Aegean, menuju tanah Yunani. Untuk ribuan tahun lamanya, Athena menjadi tanah air filsafat. Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung Pada 322 SM, filsafat mulai merambah dunia Timur, dan berpuncak pada 529 M.
               Ketika Iskandariah didirikan oleh Iskandar Agung pada tahun 322 SM, falsafat mulai merambah kedunia Timur, dan berpuncak pada tahun 529 M. Pada tahun itu, Kaisar Bizantium, Justiniaus menutup sekolah-sekolah tinggi falsafat di Athena karena di sekolah-sekolah itu dinilaibersimpati kepada kaum pagan. Sebagai pembela Kristen Ortodoks, Justianius menganggap paganisme sebagai ancaman bagi eksistensi agama kristen.[3]

B.       Pengertian Filsafat Islam
              Kata-kata filsafat diucapkan ‘falsafah’ dalam bahasa Arab, dan berasal dari bahasa Yunani Philosophia yang berarti ‘cinta kepada pengetahuan’, dan terdiri dari dua kata, yaitu Philos yang berarti cinta (loving) dan Sophia yang berarti pengetahuan (wisdom, hikmah). Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut “Philosophos” atau “Failasuf” dalam ucapan Arabnya. Mencintai pengetahuan adalah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau dengan perkataan lain orang yang mengabdikan kepada pengetahuan.
              Filsafat Islam adalah hasil pemikiran filsuf tentang ajaran ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis. Sedangkan menurut Ahmad Fuad al-Ahwani filsafat Islam ialah pembahasan tentang alam dan manusia yang disanari ajaran Islam.
              Jadi hakekat filsafat Islam ialah aqal dan al-Quran. Filsafat Islam tidak mungkin tanpa aqal dan al-Quran. Aqal yang memungkinkan aktivitas itu menjadi aktivitas kefilsafatan dan al-Quran juga menjadi ciri keislamannya. Tidak dapat ditinggalkannya al-Quran dalam filsafat Islam adalah lebih bersifat spiritual, sehingga al-Quran tidak membatasi aqal bekerja, aqal tetap bekerja dengan otonomi penuh.[4]
                   Dari pengertian filsafat dan Islam sebagaimana diuraikan diatas, kita dapat berkata bahwa filsafat Islam, adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal tentang hakikat segala sesuatu berdasarkan ajaran Islam. Singkatnya Filsafat Islam itu dalah Filsafat yang berorientasi pada Al Qur’an, mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu Allah.atau Filsafat Islam adalah pembahasan meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam.
              Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum Muslimin lebih tepat disebut ‘Filsafat Islam, pengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga kebudayaan. Pemikiran filsafat sudah barang tentu terpengaruh oleh kebudayaan Islam tersebut, meskipun pemikiran tersebut adalah Islam baik tentang problema-problemanya, motif pembinaannya maupun tujuannya, karena Islam telah memadu dan menampung aneka kebudayaan serta pemikiran dalam satu kesatuan.[5]
              Masa awal aliran filusofis Islam bertepatan dengan penerjemahan pertama karya para karya-karya tokoh Yunani ke bahasa Arab dari bahasa Siria dan Yunani. Kita mungkin dapat menerima keterangan tradisionalyang dapat dipercaya bahwa naskah-naskah ilmiah dan medis adalah karya-karya yang paling awal diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.[6]

C.        Penerjemahan Naskah-Naskah Filsafat Islam
              Selama satu abad dan juga selama peneklukan-penaklukan yang terus-menerus terhadap Timur Dekat, para penguasa Arab diliputi berbagai masalah baru dalam mengelolah kerajaan yang amat luas dan menghimpun kekuatan militer dan politik mereka. Khususnya Khalifah-khalifah Umayyah  (661-749) terlibat dalam proses penyesuaian dengan situasi ini.[7]
              Pada mulanya Bani Umayyah merasa sudah cukup membiarkan mereka seadanya. Karena itu bukan saja ia mengabaikan dokumen-dokumen itu tetapi juga pemegang buku. Tetapi dorongan untuk mempraktekkan perubahan administrasi Negara tetap dilancarkan selama masa pemerjntahan khalifah Umayyah, ‘Abd al-Malik (685-705), dan diteruskan oleh pengganti-pengganti berikutnya. salah satu perubahannya adalah pemakaian bahasa Arab sebagai bahasa (administrasi) baru, yang melestarikan dokumen-dokumen dan laporan-laporan masyarakat, menggantikan bahasa Persia dan Yunani.[8]
              Hal yang cukup penting bagi sejarah penerjemahan ini adalah sumbangan yang diberikan oleh ‘Abdullah bin al-Muqaffa’ (w. 757 M), seorang Persia yang pindah agama dari Zoroaster ke Islam. Kepadanya kita berhutang budi kapadanya atas terjemahan ceritera-ceritera perumpamaan (fabel) karya seorang pujangga India, bidpai, dari bahasa Pehlewi (Persia Kuno) ke dalam bahasa Arab.
              Karya-karya para penerjemah pertama itu terhimpun dalam komplikasi-komplikasi yang cukup rasional. Mereka memuat gagasan-gagasan yang begitu saja dikumpulkan dari karya-karya yang telah diterjemahkan. Filosofi sejati yang pertama menulis dalam bahasa Arab adalah Al-kindi (w.866 M), yang hidup sezaman dengan Hunain. Ia berbeda dengan penerjemah kristen dalam dua perbedaan penting: agamnaya dan ketidak tahuannya sama sekali kepada bahasa Siria dan Yunani, dua bahasa utama pada masa itu , di samping bahasa Arab. Sangat mengherankan memang, bahwa para pengagum filsafat Yunani yang besar pun, seperti Ibnu Rusyd, juga mengabaikan pengetahuan Yunani ini.
              Akibat kebuataan mereka akan bahasa Yunani, para Filosuf itu cenderung kurang patuh dalam menafsirkan naskah-naskah Yunani dibanding dengan para komentator Yunani masa pertama, seperti Themestius dan Alexander. Sebagai seorang Muslim, tentu saja mereka ingin sekali membenarkan perhatian  mereka pada para filosofi pagan purbukala. Memang, sejak dari permulaan ada patokan bagi orang-orang ortodoks untuk mencelah orang-orang yang “meneliti buku-buku para filosof (Yunani)”.[9]
D.       Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
§ Filsafat Masa Abad ke-9
1.      Al-Kindi
           Dalam sejarah islam, penulis filsafat sistematis baru dimulai pada abad ke-9. Sebelumnya, kegiatan filosof hanya berkisar pada penerjemahan karya-karya filsafat Yunani dan Suryani.
           Penulis yang pertama-tama merayakan tradisi penulisan yaitu Abu Yusuf Ya’qub Al-Kindi (w.866 M). karena pada masa itu al-Kindi mendapatkan dukungan dari ketiga khalifah pada masa khalifa Bani Abbas, yakni khalifah Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim, dan al-Watsiq. Tetapi pada masa khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 847 M, al-Kindi bernasib buruk seperti para filosuf dan teologi lainnya. Setelah melewati masa sulit pada pemerintahan al-Mutawakkil, Al-Kindi wafat sekitar 866 M.[10] Al-kindi telah membuat 242 buat karya dalam bidang logika, metafisika, artismetika, falak (sphere), music, astrologi, geometri, kedokteran, politik, dan sebagainya.
           Salah satu yang dipakai al-Kindi dalam menghimbau orang untuk belajar filsafat adalah paraphrase dari argument Aristoteles yang popular dalam protrepticus-nya, yaitu belajar filsafat memang tidak harus, tetapi juga tidak sia-sia.
           Yang menarik, meskipun banyak merujuk kepada Aristoteles, Al-Kindi tidak membatsi peran penting filsafat dalam mendampingi agama.[11]
           Bagi Al-Kindi, topik utama yang dikaji metafisika adalah Tuhan Yang Maha Esa, Abadi, Nirbatas (karenanya tidak memiliki jenis atau spesies), dan Nirwikara (tak mengalami perubahan yang mengurangi kesempurnaan) wujud ini tentulah tidak terbatas oleh dan tidak terkungkung dalam ruang waktu dan gerak, yang merupakan ciri khas benda-benda fisik.[12]
2.      Abu Bakr Al-Razi
           Kurang dari generasi kemudian, penerus terkemuka al-Kindi adalah filosof dan tabib Persia bernama Abu Bakr ar-Razi (w. 925/935).
           Al-Razi adalah tokoh yang paling tidak kenal kompromi sepanjang sejarah islam. Sikap ini patut diambil sebagai contoh mencolok dari semangat kebebasan yang bersemi melalui study filsafat Yunani. Al-Razi juga menekuni bidang al-kimia. Menjelang akhir hayatnya, ia menderita katarak, al-Razi wafat pada tahun 925.
           Dalam filsafat, al-Razi adalah Kampium Platonisme Islam dari beberapa judul karyannya yang telah hilang, misalnya Metaphysic According to Ploto’s View, Metaphysic According to Socrates’ View, Commentary on The Timaeus, dan sebagainya tampak bahwa dia memang mempunyai kecenderungan Platonis yang pekat.
           Pokok ajaran metafisika al-Razi adalah teori tentang lima prinsip kekal (pencipta, jiwa, materi, ruang, dan waktu) yang jelas-jelas merupakan kesimpulan yang khas Platonik, dengan sedikit modifikasi yang berasal dari ajaran-ajaran Harran dan Mani.[13]
           Menurut Al-Razi, orang-orang yang menjalankan kehidupannya dengan keshalehan tidak takut mati. Sekiranya mereka dicekam keraguan akan kebenaran agama, mereka wajib mencari keyakinan yang pasti akan mereka temukan apabila berusaha secukupnya. “Namun apabila saja mereka gagal, yang tidak mungkin demikian” Tulis Al-Razi, “Tuhan yang maha tinggi tentu akan memaklumi dan memaafkan mereka. Sebab tidak ada pertanggung jawaban hal-hal yang berada diluar batas kemampuan manusia”.
§ Filsafat Masa Abad Ke-10
1.      Al-Farabi
           Filsafat Al-Farabi mempunyai corak dan tujuan yang berbeda. Ia mengambil ajaran-ajaran filosof terdahulu, membangun kembali dalam bentuk yang sesuai dengan lingkup kebudayaan, menyusunnya sedemikian sistematis dan selaras.[14]
           Posisi Al-Farabi dalam sejarah falsafah islam tampak dari sejumlah risalah “metodologis” nya, seperti Philosophy of Plato and Aristotle dan Reconcilation of Plato and Aristotle, yang kesemuanya itu berupaya melempangkan jalan bagi pengembangan study filsafat di kemudian hari.
           Bagi Al-Farabi, filsafat mencakup matematika. Dan matematika bercabang pada aritmatika, geometri, astronomi, astrologi, musik, mekanika dan seterusnya.
           Penjabaran Al-Farabi mengenai emanasi (benda-benda) bumi (terrestrial) dari (benda-benda) langit (celestial) melalui bukti adanya meteri utama atau materi umum pada segenap etentitas yang beremanasi dari “elemen umum” yang terdapat pada benda-benda langit, tentulah mengacu pada konsep Aristoteles tentang suatu adanya ether atau “elemen kelima”. Konsep bentuk-bentuk yang bertentangan empat kualitas primer dalam fisika Aristoteles, yang kemudian dikombinasikan dengan empat elemen berguna untuk menjelaskan terjadinya keberbilangan benda-benda  ragawi di alam fisik.
2.      Ibnu Sina
           Ibnu Sina mampu mandiri mempelajari ilmu filsafat dan kedokteran secara otodidak. Pada usia yang keenam belas, ibnu sina menempati posisi istimewa dalam bidang kedokteran.
           Berbeda dengan Al-Farabi, Ibnu Sina tampak acuh tak acuh terhadap filsafat politik atau etika. Sumbangannya dalam bidang ini kurang berarti. Perhatian Ibnu Sina terpusat pada bidang metafisika dan logika, sebagaimana yang tercermin pada luasnya kajian filosofis yang terdapat dalam Al-Syifa’, Al-Isyarat, dan sebagainya.[15]
           Berkenaan dengan persoalan genting tentang kelangsungan (hidup) setelah mati, pendirian Ibnu Sina tidak sepenuhnya bebas dari kemenduaan (ambiquaty). Kebangkitan tubuh dan kesenangan-kesenangan atau penderitaan-penderitaan yang dialaminya dalam kehidupan yang akan datang telah dilukiskan dengan jelas di dalam kitab suci dank arena itu tidak dapat diragukan lagi oleh filosof itu.
           Bagi Ibnu Sina, pertanyaan tentang bentuk kebahagiaan atau kesengsaraan apa yang akan menimpa jiwa-jiwa naas itu bukanlah wacana filosof sebab “persoalan seperti itu hanya bisa dirujukkan pada ajaran agama (Syari’ah) atau hadits Nabi Saw”. dengan demikian Ibnu Sina hendak menunjukkan adanya kebenaran relegius meskipun tegas-tegas memisahkannya dari kebenaran filosofis.[16]
Karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal idalah:
o   Asy Syifa. Buku ini adalah buku yang paling terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina, dan terdiri dari empat bagian, yaitu: logika, fisika, matematika, dan metafisika (ketuhanan)
o   An-Najat. Buku ini merrupakan ringkasan dari buku As-syifa, dan pernah diterbitkan bersama buku al-Qanun dalam ilmui kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.
o   Al-Isyarat wat-Tanbihat. Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling terbaik.
o   Al-Hikmat al-Masyariqiyah. Buku ini hanya dibicarakan orang, karena tidak jelas maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika.
o   Al-Qanun. Atau Canon of Medicine. Buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan pernah menjadi buku standar untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ketujuh.[17]
§ Filsafat Masa Modern
            Pada penghujung abad ke-9, para juru dakwah isma’il memperkenalkan filsafat India. Pada 977, dengan dukungan penguasa Dinasti Fatimiyah di Mesir kala itu, mereka berhasil mendirikan sebuah pemerintahan Ismai’ili. Secara umum, situasi ini tidak berubah sampai sultan Mahmud, pendiri Dinasti Ghazwani, berhasil menaklukkan India. Dia lantas mengakhiri pemerintahan Ismai’li di Sind dan menetap Lahore sebagai Ibukota pemerintahannya.[18]

E.        Fungsi  Filsafat Islam
              Filsafat islam telah memerankan sedikitnya tiga fungsi dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga fungsi itu ialah sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.
·      Pendobrak
              Berabad-abad lamanya intelektulitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mitis. Manusia menerima begitu saja segala hal penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkan lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala  dongeng dan takhayul itu merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang, sedang tradisi itu anggapan mereka benar dan tak dapat diganggu-gugat.
              Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. kehadiran filsafat islam mendobrak pintu-pintu dan tembok-tembok tradisi yang begitu sacral dan selama itu tidak boleh diganggu-gugat. kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat islam benar-benar telah berfungsi  selaku pendobrak yang efektif
·      Pembebas
              Filsafat islam bukan sekedar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbangai mitos itu, melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu. Filsafat membebaskan manusia dari ketidak tahuan dan kebodohan. Demikian pula filsafat islam membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis.
·      Pembimbing
              Filsafat islam juga sanggup melaksanakan fungsinya selaku pembimbing. Dengan membimbing manusia bisa berpikir secara rasional, sistematis, dan logis dari pemikiran yang dangkal dan menyesatkan.[19]












BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
              Filsafat Islam adalah hasil pemikiran filsuf tentang ajaran ketuhanan, kenabian, manusia, dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis. Sedangkan menurut Ahmad Fuad al-Ahwani filsafat Islam ialah pembahasan tentang alam dan manusia yang disanari ajaran Islam.
              Jadi, Singkatnya Filsafat Islam itu dalah Filsafat yang berorientasi pada Al Qur’an, mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu Allah.atau Filsafat Islam adalah pembahasan meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam masalah manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam.
              Filsafat islam telah memerankan sedikitnya tiga fungsi dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga fungsi itu ialah sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing.

B.     Saran
              Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis, untuk itu penulis mengharapkan kepada para pembaca terutama bagi dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Untuk memberikan kritik dan sarannya kepada penulis demi kesempurnaan makalah selanjutnya.


[1] Majid, Fakhry. Sejarah Falsafat Islam Sebuah Pete Kronologis. (Bandung: Mizan, 2002) hlm. 1
[2] Majid, Fakhry. Op.Cit.,hlm.1
[3] Majid, Fakhry. Loc.Cit.,hlm.2
[4] Majid, Fakhry. Op. Cit., hlm.4
[5] (online). http://www.ikutiherman.com/filsafat-islam/
[6] Majid, Fakhri. Sejarah Filsafat Islam. (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1987) hlm 22.
[7] Ibid., hlm.31
[8] Ibid., hlm.32
[9] Op. Cit., hlm.24
[10] Loc. Cit., hlm.25
[11] Loc. Cit., hlm.27
[12] Loc. Cit., hlm.29
[13] Loc. Cit., hlm.36
[14] M.M. Syafi’i. Para Filosof Muslim. (Bandung: Mizan, 1996) hlm.61
[15] Majid, Fakhri. Sejarah Filosof Islam Sebuah Peta Kronologis. (Jakarta: Mizan. 2002) hlm.45
[16] Op. Cit., hlm.62
[17] Ahmad, Hanafi. Pengantar Filsafat Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) hlm.116
[18] Majid, Fakhri. Sejarah Filosof Islam Sebuah Peta Kronologis. (Jakarta: Mizan. 2002) hlm.139
[19] (Online). http://www.ikutiherman.com/filsafat-islam/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar