Jumat, 21 November 2014

Cerpen Islami "Naungan Cintamu di Syariah"_by: Khairun Nasri

“Naungan Cintamu di Syari’ah”

              Kabut Asap dipagi hari membuatku urung untuk melangkahkan kaki menuju kampus, tapi mamaku tetap menyuruh dan menasehatiku habis-habisan sampai-sampai telinga ini terasa nyeri akibat pekikan mama.
           “Dhil, kamu kok malas gitu.! berangkat lagi, nanti kamu terlambat ke kampusnya!”  nada itu selalu terdengar ditelinga setiap aku malas ke kampus, aku bukannya mahasiswa yang malas tapi akhir-akhir ini kabut asap membuatku malas beraktifitas...
           “iya ma, tapi kabut asap nggak baik buat kesehatan, hari ini fadhil izin kuliah aja” aku berkata dengan nada tidak semangat.
           “Fadhil, kamu itu anak mama satu-satunya, harapan mama, kamu harus rajin, jangan malas-malasan gitu dong!” suara mama tambah nyaring.
           “baiklah ma, baik, tapi hari ini fadhil naik Busway, banyak kabut asap”.
“itu lebih bagus lagi, kamu bisa santai-santai di Busway”. Aku berharap mama membatalkan perintahnya dan menyuruhku tetap di rumah, tapi mama malah tersenyum..
**
           “ini Busway kok lama sekali, sudah 10 menit aku menunggu” gerutuku dalam hati sembari melihat jam di telpon genggamku.
Lima menit kemudian Busway yang berwarna biru dengan kode rute 03 arah UIN Suska terlihat mendekatiku yang tengah berdiri di Halthe , dan aku pun menaikinya dengan penuh rasa kesal karena menunggu begitu lama.
           “turun dimana bang?” tanya kondektur yang berdiri tegak memakai pakain yang dipakainya setiap hari, pakaian yang mungkin tidak pernah dicuci, sembari menyodorkan karcisnya.
“Uin bang” jawabku datar.
           “tu cowok kok cuek banget sih, rasanya ingin aku remas-remas mukanya sampai kusut” aku mendengar sayup-sayup seorang cewek yang duduk di kursi barisan paling belakang yang menghadap kedepan, sepertinya ia membicarakan aku.
           “Zahra, kamu nggak boleh ngomong gitu, bagaimanapu dia ciptaan Allah” tegur temannya tersebut.
           “tapi Izzah,,,” Zahra ingin melanjutkan kata-katanya aku keburu duduk disampingnya.
           “eitz,,, ngapain kamu duduk disini, sana-sana” Zahra mengusirku dan berusaha geser kesamping Izzah.
           “emangnya kenapa, nggak boleh,, ini kan yang kamu mau?” jawabku datar dan tetap fokus membaca makalah yang akan ku presentasikan nanti.
“ni cowok oon kali ya, sok kegantengan, ke pedean” Zahra mulai emosi.
           “lagian dari tadi kamu ngelirik aku terus, pasti kamu jatuh cinta ya?”  tanyaku dengan mengedipkan mata, ingin membuatnya salah tingkah.
           “sudah, sudah, kalian tu kenapa sih dari tadi kelahi terus, kaliankan sudah mahasiswa lho, berfikir dewasa, jangan kayak anak kecil”  Izzah tiba-tiba bersuara, dan sekilas aku memandanginya, tiba-tiba aku kiku, aku diam, darahku terasa beku, tatapan mata itu, ya mata hitamnya bercahaya membuat aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku benar-benar dihipnotis dengan kecantikan dan kelembutan kata-katanya.
           “lagian Fadhil dulu tu, dia itukan memang suka mempermainkan cewek dengan kepintaran dan ketampanannya, HUH, tapi aku sama sekali tidak tertarik dengan cowo macam dia” Zahra menunjuk kearahku dengan rasa benci.
           “Ra, kamu nggak boleh gitu dong, kalau diladenin kamu sendiri yang sakit” Izzah menenangkan Zahra, dan aku tetap terpaku memandangi wajah Izzah yang layaknya seperti Anna Athafunnisa (Oky Setiana Dewi), pemain film ketika cinta bertasbih.
           “aku rasa dia lebih cantik dari itu, dia bahkan lebih lembut dari Anna, baru kali ini aku terpana melihat cewek secantik dan selembut Izzah”, hatiku berbisik.
**
Semenjak pertemuaku dengan Izzahtul Iffah, bayangannya tidak luput dari ingatanku, mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama.
“apakah ini yang namanya cinta?, apakah aku benar-benar jatuh cinta,, benarkah Izzah cinta pertamaku?”  aku bertanya pada diriku sendiri yang entah kenapa bayangan Izzah mengganggu pikiranku.
BRAKKK..”
Aku menabrak cewek didepan Fakultas Syariah.
“Aduuh maaf”. Gadis itu langsung memunguti buku-buku yang telah berserakan.
           “Hati-hati dong KA__” aku menahan amarahku dan terkejut melihat gadis berjilbab panjang itu bangkit dari memungut buku-bukunya yang jatuh.
           “eh kamu lagi, maaf ya kalau aku nabrak kamu tadi,,” Izzah memandangku sekilas dan menundukan kembali wajahnya seolah tidak mau bertatapan lama.
           “e, eh nggak kok, aku yang salah jalan terburu-buru” aku merasa bersalah telah berkata kasar kepada Izzah.
           “kalau gitu permisi ya, ada yang ingin aku urus di Fakultas” Izzah berlalu dari hadapanku.
           “Zah, tunggu” aku tiba-tiba menahan langkahnya, membuat aku bingung sendiri.
           “maaf, ada apa?”  Izzah kembali menghadapkan wajahnya dan lagi-lagi ia kembali menundukkan pandangannya.
           “eh,anu, eh kamu Jurusan apa?” tanyaku gugup.
           “kenapa aku tiba-tiba gugup gini dihadapan cewek” aku bingung dengan sikapku sendiri.
           “Jurusan Ahwalu Syahsiah” menjawabnya singkat kemudian melanjutkan kembali langkahnya. Aku berharap dia bertanya kembali tetapi sepertinya dia tidak ingin tau jurusan aku.
           Lagi-lagi perasaan aku entah kenapa seperti berubah, aku jadi pendiam dan jarang lagi menggoda cewek-cewek sehingga membuat sahabatku bertanya-tanya.
           “Fadh, aku perhatikan kamu berubah, nggak asyik lagi, kamu kenapa sebenarnya?” Andi diam-diam memperhatikan aku yang hanya bengong di depan buku yang kubaca.
           “Eh, nggak ada kok, nggak ada apa-apa” aku jadi salah tingkah dibuatnya.
           “itu apa namanya melamun sendiri di perpustakaan, kamu mikirin apa sih, akhir-akhir ini kamu sering kali kayak gini?”.
           “aku penasaran dengan cewek itu, sepertinya aku jatuh cinta, cinta pada pandangan pertama, sepertinya dia cinta pertama dan terakhriku” menjelaskan dengan membayangkan Izzah ketika kutabrak tadi di depan Fakultas.
           “siapa?, jurusan apa,, anak UIN ya?” Andi memburuku pertanyaan.
           “anak UIN, anak Syariah jurusan AH” menjelaskan dengan mata memandangi seorang gadis yang tengah membaca buku.
           “Pantasan akhir-akhir ini kamu nggak lagi mempermainkan cewek” Andi mencoba mengalihkan dari lamunanku.
           “Ndi, tunggu sebentar ya” aku pun pergi dan menghampiri gadis yang aku lihat tengah membaca buku di meja yang tidak jauh dari tempat ku sekarang.
           “eh mau kemana?, hmn,,, baru dibilang udah mau godain cewek lagi, Fadhil-Fadhil, kapan kamu berubah” Andi berkata pelan melihat tingkahku.
           “hai, boleh aku duduk” aku langsung duduk dihadapan gadis itu, tanpa menunggu persetujuannya, ya gadis itu adalah Izzah.
           “Assalamu ‘alaikum, ada yang bisa saya bantu?” Izzah malah mengucapkan salam, aku jadi salah tingkah.
           “aduhhh, begonya, aturannya aku dulu yang ngucapkan salam”  kataku dalam hati.
           “eh, iya, Wa’alaikumussalam,” aku jadi grogi.
           “kalau kamu tidak ada perlu, tolong jangan ganggu aku, aku lagi sibuk” Izzah tiba-tiba menujukkan sikap cueknya.
           “Zah, aku cinta sama kamu, Zah,,,,aku sayang sama kamu” kalimat itu ku ucap dengan tulus keluar dari mulut yang diutarakan dari hati, aku tidak mau menunggu lama lagi menahan gejolak hati yang kurasakan.
           “Apa yang kamu katakan Fadhil?, jangan bercanda” Izzah mulai menanggapi perkataanku.
           “iya Zah, mungkin kamu sering melihat aku mempermainkan cewek-cewek yang mau dekat dengan aku, Jujur aku nggak pernah cinta sama mereka, aku cuman cinta sama kamu, maukah kamu jadi Pa__”
           “Cukup Fadhil!, hentikan, apa kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan, apa kamu ngerti arti cinta sesungguhnya?”  Izzah memotong kata-kata yang keluar dari mulutku, kata-katanya langsung menusuk hatiku.
           “Tapi Zah__”  “maaf, aku nggak bisa” Izzah lalu pergi dari hadapanku, yang kelihatan matanya bekaca-kaca, seakan ada air ingin tumpah dari matanya.
           “maafkan aku Zah, aku benar-benar mencintaimu, aku tahu kamu juga cinta sama aku, matamu tidak bisa bohong, aku tahu itu Zah,,,” 
**
           Semenjak pertemuan aku dengan Izzah di Perpustakaan membuat aku mulai memperbaiki diri, aku mulai menjauhi cewek-cewek yang mau dekat denganku, aku mulai menghargai cintaku kepada Izzah, tapi sudah dua minggu berjalan aku belum juga berjumpa dengannya.
           “Fadhil, ini ada surat dari Izzah” Andi menyodorkan amplop berwarna pink.
           “dari Izzah?” aku langsung mengambilnya, aku seolah-olah tidak percaya.
           “Assalamu ‘alaikum Akhi,,,
Gimana kabarnya, mudah-mudahan senantiasa dilimpah karunia dan hidayah Allah, (Aamiin), oh ya Akhi, ada hal yang ingin aku sampaikan di dalam surat ini, aku dengar-dengar kamu mencari aku, tapi aku belum bisa ketemu dengamu sebelum ada ikatan suci yang membolehkan kita untuk berjumpa,,, Akhi, aku senang mendengar berita kalau kamu sudah berubah, dan mudah-mudahan kamu berubah karena Allah bukan karena siapa-saipa.
           Akhi, ingat cinta yang sesungguhnya adalah cinta kepada Allah, tiada cinta yang lebih tinggi selain cinta-Nya, kamu juga harus tahu cinta itu senantiasa meberikan naungan untuk mencapai ridha-Nya, tidak ada cinta yang menyakitkan, tidak ada juga cinta menimbulkan kemudharatan. Kenapa aku menolak ketika kamu meminta aku menjadi pacarmu, itu karena aku ingin meraih cinta karena Allah, bukan nafsu belaka, dan hal yang perlu kamu ketahui, jodoh itu sudah diatur Allah, jadi jangan pernah merasa kamu harus kehilangan orang-orang yang kamu cintai, karena jodohmu sudah ditentukan..
           Oh ya Akhi, maaf aku baru ngasih tau kalau aku pindah ke Jogja, aku pindah kuliah ke sini, karena aku menemani nenekku yang sudah tua, semoga kamu benar-benar berubah Fadhil..
           Kalau kita jodoh, Allah pasti mempertemukan kita kembali
            Assalamu’alaikum…
           Izzahtul Iffah.
Surat Izzah membuatku tahu semua jawaban yang selama ini aku cari. Aku benar-benar bahagia menerima surat pemberiannya.
           “Tuhan, trimakasih atas naungan cintamu di syariah ini, aku menemukan cinta ku kepada-Mu melalui hambamu yang cantik berhati malaikat, Izzatul Iffah. Mudah-mudahan engkau merestui cintaku kepadanya. Kini aku mengerti arti cinta sesungguhnya, Cintaku kepada Izzah semata-mata karena-Mu ya Allah, pertemukan kami dalam ikatan cinta suci nantinya,, Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar